A. PEMBAGIAN ‘ATHAF
Athof dibagi menjadi dua, yaitu :
1. Athof bayan
Definisi :
هو التابع الجامد المشبه للصفة فى ايضاح متبوعه وعدم استقلاله
Yaitu
isim yang mengikuti pada matbu’nya, yang berupa isim jamid, yang
menyerupai sifat/naat, yang didalam menjelaskan lafadz yang diikuti, dan
tidak dapat berdiri sendiri.
Contoh :
اقسم با لله ابو حفص عمر Abu Hafs alias Umar telah bersumpah dengan nama Allah
Lafadz عمر sebagai athof bayan karena menjelaskan hakikatnya lafadz Abu Hafs.
a. Faidahnya Athof Bayan.
Athof bayan memiliki faidah seperti naat/sifat, yaitu :
1) Berfaidah Taudlih
Yaitu menjelaskan pada matbu’nya, jika matbu’nya berupa isim ma’rifat, seperti contoh diatas.
2) Berfaidah Takhsis
Yaitu menentukan pada matbu’nya, jika matbu’nya berupa nakiroh.
Contoh : من ماء صديد Dari air, yaitu darah.
3) Berfaidah Madhu
Yaitu memuji pada matbu’. Faidah ini seperti yang disebutkan dalam kitab al-Kassaf.
Contoh :
جعل الله الكعبة البيت الحرام Allah telah menjadikan Ka’bah, yaitu rumah yang mulia
4) Berfaidah Taukid
Yaitu menguatkan pada matbu’nya.
Contoh :
لقائل يا نصر نصرا نصرا Pada orang yang berkata : wahai Nashr, Nashr
Imam Ibnu Malik memilih lafadz نصر yang kedua sebagai taukid dari yang pertama.
b. Athof bayan harus mengikuti mubayyan.
Karena
athof bayan termasuk tabi’ (isim yang mengikuti), maka ia harus
mengikuti mubayyannya pada perkara yang diikuti oleh naat pada
man’utnya, yaitu ikut pada empat perkara dari sepuluh perkara, yaitu :
1) Dalam segi I’robnya (rofa’, nashob, atau jar).
2) Dalam segi nakiroh atau ma’rifatnya.
3) Dalam segi mufrod, tasniyah atau jama’.
4) Dalam segi mudzakkar atau muannasnya.
c. Keadaan athof bayan dan mubayyannya.
1) Keduanya berupa isim nakiroh.
Mayoritas
ulama nahwu tidak memperbolehkan adanya athof bayan dan mubayyannya
keduanya berupa isim nakiroh, namun sebagian ulama, termasuk Imam ibnu
Malik memperbolehkan hal itu, namun hukumnya qolil.
Contoh :
1. Seperti firman Allah
يوقد من شجرة مباركة زيتونة Yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang banyak berkahnya, (yaitu) pohon zaitun. (QS. An-Nur : 35)
Lafadz زيتونة sebagai athof bayan dari lafadz شجرة , keduanya nakiroh.
2. Dan seperti firman Allah :
من ماء صديد Dan dia diberi mnum dengan cairan, yaitu nanah. (Ibrohim : 16)
2) Keduanya berupa isim ma’rifat.
Para ulama sepakat memperbolehkannya, dan banyak berlaku, seperti contoh-contoh yang telah lewat.
d. Athof bayan bisa dijadikan badal.
Semua lafadz yang menhadi athof bayan bisa dijadikan badal.
Seperti : ضربت ابا عبد الله زيدا aku memukul ‘Abu Abdillah alias Zaid
Lafadz زيدا yang menjadi athof bayan bisa ditarkib menjadi badal.
Dikecualikan dari qoidah diatas, dua permasalahan.
Yang athof bayannya tidak dapat dijasikan badal, yaiu :
1) Apabila
athof bayannya berupa lafadz yang mufrod, ma’rifat dan mu’rob,
sedangkan mubayyannya (lafadz yang dijelaskan atau matbu’nya) berupa
munada.
Contoh : يا غلام يعمر Hai pembantu, alias Ya’muro
Athof bayan يَعْمُرَ
tidak diperbolehkan dijadikan badal, karena tarkib badal itu wajib
mengira-ngirakan amil yang ada pada mubdal minhunya, jika lafadz يَعْمُرَ dijadikan badal, maka wahib dibaca dlommah diucapkan يَعْمُرُ, seperti seandainya dia bersamaan ya’ nida’ yang merupakan amil yang ada pada matbu’nya. Sedangkan lafadz يَعْمُرَ diatas dibaca nashob kaena mengikuti pada mahalnya munada ياغلام (lafadz ياغلام
dimabnikan dlommah, tetapi mahalnya dalah mahal nashob, karena sebagai
maf’ul bih dari fi’il yang tempatnya diganti ya’ nida’, ucapan يَا غُلَم , taqdirnya ادعو غلاما, Saya memanggil pembantu
2) Apabila
athof bayannya berupa lafadz yang tidak bersamaan al, sedangkan
mubayyan/matbu’nya berupa lafadz yang bersamaan dengan al yang
diidlofkan pada isim sifat yang bersamaan dengan al.
Contoh :
انا ابن التارك البكرى بشر ۞ عليه الطير ترقبه وقوعا
Aku
adalah anaknya orang yang meninggalkan Bakar alias Bisyri (tergeletak
diatas tanah karena ditakuti), yang diatasnya terdapat burung pemakan
bangkai yang selalu menunggu kematiannya (untuk memakan bangkainya). (Miror bin Said al-Faqasi).
e. Perbedaan antara athof bayan dan Badal.
Athof bayan memiliki perbedaan dengan badal didalam delapan masalah, yaitu :
1) Athof bayan tidak ada yang berupa dlomir atau yang tabi’ pada dlomir, sedangkan badal ada yang berupa dlomir.
2) Athof bayan tidak diperbolehkan berbeda dengan matbu’nya didalam nakiroh dan ma’rifatnya.
3) Athof bayan tidak diperbolehkan berupa jumlah, sedangkan badal diperbolehkan berupa jumlah.
4) Athof bayan tidak boleh mengikuti pada matbu’nya yang berupa jumlah, sedangkan badal diperbolehkan matbu’nya berupa jumlah.
5) Athof bayan tidak boleh berupa fiil yang mengikuti pada fiil, sedangkan didalam badal diperbolehkan.
6) Athof bayan tidak boleh menggunakan lafadz matbu’nya, sedangkan badal diperbolehkan.
7) Athof
bayan tidak dalam pentaqdiran pada tempatnya matbu’nya, sedangkan badal
itu dalam pentaqdiran bisa ditempatkan pada tempatnya matbu’nya.
8) Athof bayan tidak dalam pentaqdiran jumlah yang lain.
2. Athof nasaq
Devinisi Athof nasaq
هو التابع المتوسط بينه وبين متبوعه احد حروف العطف
Yaitu
isim yang mengikuti pada matbu’nya (lafadz yang diikuti)(didalam segi
I’rob dan atau hukumnya), yang antara keduanya terdapat salah satu dari
beberapa huruf athof.[3]
Contoh : اخصص بود وثناء من صدق Khususkanlah kecintaan dan pujianmu pada orang yang berteman denganmu.
Lafadz وثناء dinamakan ma’thuf (lafadz yang diathofkan) dan wawu adalah huruf athofnya.
Lafadz بود
dinamakan ma’thuf alaih (lafadz yang diathofi) hukumnya ma’thuf itu
mengikuti pada ma’thuf alaihnya dalam segi I’rob dan hukumnya. (dalam
contoh tersebut keduanya dibaca jar, dan ma’thuf juga terkena hukum yang
ada pada ma’thuf alaih, yaitu hukum pengkhususan).
B. HURUF ‘ATHAF DAN MAKNANYA
Wawu
itu bermakna muthlaqul jam’i (mutlaqnya mengathofkan) maksudnya bisa
mengathofkan ma’thuf pada mathuf alaih yang mendahului, yang bersamaan
atau yang setelahnya didalam hukumnya, sedangkan untuk menentukannya
dengan melihat qorinahnya.
Contoh :
a) Ma’thuf alaih yang mendahului ma’thuf :
ولقد ارسلنا نوحا وابراهيم (dan kami benar-benar telah mengutus Nuh dan Ibrohim)
Maksudnya : terutusnya nabi Nuh itu mendahului nabi Ibrohim
b) Ma’thuf alaihnya setelah ma’thuf
كدلك يوحى إليك وإلى الذين من قبلك الله العزيز الحكيم
(Demkianlah
Allah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana, mewahyukan kepada kamu
(Muhammad) dan kepada orang-orang yang setelah kamu).
c) Ma’thuf alaihnya bersamaan dengan ma’thuf
فأنجيناه واصحاب السفينة Maka kami (Allah) menyelamatkan Nuh dan orang-orang yang diperahu.
2. Maknanya Fa’
Fa’
itu bermakna tartib yang muttasil (artinya ma’thuf itu terjadinya
setelah ma’thuf alaih secara langsung/tidak terpisah waktu yang lama
menurut Urf nya manusia). Tartib dibagi menjadi dua, yaitu :
1) Tartib Maknawi
Artinya antara ma’thuf dan ma’thuf alaih dalam kejadiannya memang berurutan, Seperti :
a. زيد فعمروجاء Telah datang Zaid lalu Umar
b. الذى خلق فسوى Yang menciptakan dan yang menyempurnakan (penciptannya). (Al A’la : 2)
2) Tartib Dzikri
Artinya
hanya berurutan dalam penyebutannya saja, tempatnya yaitu ketika
mengathofkan ma’thuf yang merupakan perincian (mufashol) pada ma’thuf
alaih yang mujmal (global).
Contoh :
a) دى نوح ربه فقال إن ابنى من اهلىونا
(Nabi Nuh memanggil Tuhannya, lalu berkata : sesungguhnya anakku adalah keluargaku)
b) توضاء فغسل وجهه ويديه ومسح راسه ورجليه
Dia berwudlu, lalu membasuh wajahnya dan kedua tangannya, dan mengusap kepalanya dan kedua kakinya.
3) Maknanya ثم
Yaitu menunjukkan makna tartib Infishol (artinya ma’thuf itu terjadi setelah ma’thuf alih dengan secara tidak langsung, karena dipisah waktu yang lama menurut ‘Urf).
Contoh :
1) جاء زيد ثم عمرو telah datang zaid kemudian Umar
2) Dan seperti Firman Allah :
والله خلقكم من تراب ثم نطفة “dan Allah menciptakan kalian dari tanah kemudian dari air mani”. (Al Fathir : 11)
4) Syarat Mengathofkan dengan حتى ada dua, yaitu :
a. Ma’thuf merupakan bagian atau seperti bagian dari ma’thuf alaih
Contoh :
a) Ma’thuf merupakan bagian dari ma’thuf alaih.
اكلت السمكة حتى رأسها Saya makan ikan sehingga kepalanya
b) Ma’thuf seperti bagian dari ma’thuf alaih.
اعجبتنى الجارية حتى حديثها Wanita muda itu mengagumkanku sehingga perkataannya.
b. Ma’thuf merupakan Ghoyah (puncak/batas akhir) dari ma’thuf alaih, baik dalam segi kelebihan atau kekurangan.
Contoh :
a) Ghoyah dalam kelebihan.
مات الناس حتى الانبياء Manusia pasti mati sehingga para Nabi
b) Ghoyah dalam kekurangan
قدم الحجاج حتى المشاة Orang-orang yang berhaji itu telah datang sehingga orang-orang yang berhaji dengan berjalan kaki.
5) ام yang dilakukan sebagai huruf Athof.
Yang dilakukan sebagai huruf athof adalah ام muttasilah, yaitu yang bertempat pada dua tempat, yaitu :
a. ام yang terletak setelah hamzah taswiyah.
Hamzah taswiyah yaitu hamzah yang masuk pada jumlah, yang jumlah tersebut dengan ام bisa di tempati dengan masdar, yang biasanya terletak setelah lafadz سواء, ابالىما dan sesamanya, ام yang terletak setelah hamzah taswiyah bisa berada diantara dua jumlah yang berbeda.
Contoh :
a) Yang terletak diantara dua jumlah fi’liyah.
1. سواء على اقمت ام قعدت Bagiku sama saja, apakah kamu berdiri atau duduk
Ta’wilannya : اء على قيامك ام قعودك سو
2. Dan seperti firman Allah :
سواء علينا أجزعنا ام صبرنا Sama saja bagi kita, apakah kita mengeluh ataukah bersabar, (Ibrohim : 21)
Ta’wilannya : اء علينا جزعنا اوصبرناسو
b) Yang terletak diantara dua jumlah ismiyah.
ولست أبلى بعد فقدى مالكا * أموتى ناء ام هو الآن واقع
Setelah kematian penguasa, aku tidak memperdulikan, apakah kematianku masih jauh atau kematianku daang saat ini.
c) Terletak diantara dua jumlah yang berbeda.
سواء علينا أدعو تموهم ام انتم صامتون Sama saja bagi kalian, apakah kalian menyembah (berdo’a) pada berhala atau kalian diam.
Ta’wilannya : اء عليكم دعوتكم إياهم ام صموتكمسو
b. ام yang terletak setelah المغنية عن ايالهمزة
(hamzah yang bersamaan dengan ام yang setelahnya bisa menempati pada tempatnya lafadz اي), yaitu hamzah yang bersamaan ام yang menunjukkan makna mencari kepastian diantara dua perkara, ام seperti ini gholibnya berada diantara dua lafadz yang mufrod.
Contoh :
Yang terletak diantara dua lafadz yang mufrod.
Inilah yang gholib (banyak terjadi),
1. أزيد عندك أم عمرو Apakah Zaid yang disisimu ataukah Amr?
Ta’wilannya :
أيهما عندك Apakah kalian, yang lebih sulit menjadikannya, ataukah membangun langit?
6) Maknanya huruf athof أو
Huruf athof أو memiliki beberapa makna, yaitu :
a. Takhyir.
Contoh :
a. Takhyir setelah tholab lafdzon.
a) من مالى درهما او ديناراخذ Ambillah sebagian dari hartaku, dirham atau dinar
b) تزوج هندا او اختها Nikahilah Hindun atau saudaranya
b. Takhyir setelah tholab taqdir.
ففدية من صيام او صدقة اونسك maka membayar fidyah, (hendaknya) melakukan puasa atau shodaqoh atau nusuk.
Taqdirnya : ليفعل من صيام
b. Bermakna Ibahah.
Contoh :
جالس العلماء او الزهاد Bergaullah dengan para ulama atau dengan orang-orang yang zuhud
c. Bermakna Taqsim (membagi)
Contoh :
الكلمة اسم او فعل او حرف kalimah itu adakalanya isim atau fiil atau huruf
d. Bermakna Ibham.
Contoh :
a) جاء زيد او عمرو Telah datang Zaid atau Umar
Makna
ini terjadi apabila mutakallim sudah mengetahui siapa sebenarnya orang
yang datang diantara keduanya, lalu ia menyembunyikan hal yang
sebenarnya pada pendengar.
b) Dan seperti firman Allah :
وإنا او إيكم لعلى هدى أو فى ضلال مبين
Dan sesungguhnya kami (Allah) atau kalian (orang-orang musyrik) yang pasti dalam kebenaran atau kesesatan yang nyata. (Saba’ : 24)
e. Bermakna Idlrob
Yaitu memindah sesuatu pada sesuatu yang lain (bermakna bahkan).
Contoh :
ماذا ترى فى عيال قد برمت بهم ۞ ام احصى عدتهم إلا بعداد
كانوا ثمانين او زادوا ثمانية ۞ لولا رجاۏك قد قتات أولادى
Bagaimana
pendapatmu tentang anak-anakku, yang aku telah bosan dan payah
menanggung penghidupan mereka, aku tidak dapat menghitung mereka kecuali
dengan alat penghitung.
Mereka
berjumlah delapan puluh orang lebih delapan, seandainya tiada harapan
darimu niscaya aku benar-benar membunuh anak-anakku. (Jarir ibn Athiyah)
Lafadz أو زادوا bermakna بل زادوا
7) Huruf إما maknanya sama dengan أو
Huruf
إما apabila disebutkan dua kali, maka إما yang kedua maknanya sama
seperti huruf أو, yaitu apabila terletak setelah kalam tholab maka
bermakna takhyir atau ibahah, dan apabila terletak setelah kalam khobar
maka bermakna taqsim, tasykik atau ibham.
Contoh :
a) Yang bermakna Takhyir.
تزوج إما هندا وإما اختاها Nikahilah adakalanya Hindun atau adakalanya saudaranya.
خذ من مالى إما دينارا واما درهما Ambillah sebagian hartaku adakalanya dinar atau dirham.
b) Bermakna Ibahah.
جالس اما العلماء واما الزهاد Bergaulah adakalanya ulama atau orang-orang yang zuhud.
c) Bermakna Taqsim.
الكلمة إما اسم وإما فعل وإما حرف Kalimah itu adakalanya sim, atau fiil atau huruf.
d) Bermakna Ibham dan Syak.
جاء إما زيد وإما عمرو Telah datang, adakalanya Zaid atau Umar.
8) Huruf athof لكن
Huruf لكن bisa dilakukan sebagai huruf athof disyaratkan terletak setelah nafi atau nahi.
Contoh :
a. Yang terletak setelah nafi.
1) ما ضربت زيدا لكن عمرا Aku tidak memukul Zaid tetapi Umar
2) ما قام زيد لكن عمرا Zaid tidak berdiri tetapi Umar.
b. Yang terletak setelah nahi.
لا تضرب زيدا لكن عمرا Jangan memukul Zaid tetapi Umar.
9) Huruf athof لا.
Huruf لاbisa dilakukan sebagai huruf athof dengan dua syarat, yaitu :
1) Ma’thufnya berupa lafadz yang mufrod (bukan jumlah).
2) Terletak setelah nida’, amar atau kalam isbat.
Contoh :
a. Yang terletak setelah Nida’
يا زيد لا عمرو اجتهد Hai Zaid, bukan Umar rajinlah
b. Yang terletak setelah Amar
اضرب زيدا لا عمرا Pukullah Zaid, jangan Umar.
c. Yang terletak setelah Kalam Isbat.
جاء زيد لا عمرو Telah dating Zaid, bukan Umar
10) Maknanya huruf athof بل
Huruf athof بل itu memiliki dua makna, yaitu :
1) Apabila terletak setelah Nafi atau Nahi
Maka maknanya seperti huruf athof لكن, yaitu menetapkan hukumnya ma’thuf alaih, dan menetapkan kebalikan hokum tersebut pada ma’thuf.
Contoh :
a. ما قام زيد بل عمرو Zaid tidak berdiri tetapi Umar.
(Menetapkan hukum tidak berdiri pada Zaid, dan menetapkan kebalikannya yaitu berdiri pada Umar).
b. لا تضرب زيدا بل عمرا Jangan memukul Zaid tetapi Umar.
2) Apabila di dalam kalam khobar yang Musbat dan Amar
Maka bermakna idlrob yaitu memindah hukumnya ma’thuf alaih pada ma’thuf, seakan ma’thuf alaih tidak pernah diucapkan.
Contoh :
a. Yang dalam Kalam Khobar yang Musbat.
قام زيد بل عمر Zaid telah berdiri, bahkan Umar.
(Maknanya, yang berdiri Umar).
b. Yang didalam Amar.
اضرب زيدا بل عمرا Pukullah Zaid, bahkan Umar.
(maknanya, pukullah Umar).
Na'at
Na'at (sifat) ialah lafazh yang mengikuti kepada makna lafazh yang diikutinya, baik dalam hal rafa', nashab, khafadh, ma'rifat maupun nakirah-nya, (seperti) Anda mengatakan:
(Zaid yang berakal telah berdiri).
(aku telah melihat Zaid yang berakal).
(aku telah bersua dengan Zaid yang berakal). (jar)
Maksudnya: Dalam bab-bab terdahulu telah dijelaskan lafazh-Iafazh yang di-i'rab-i dengan amil-nya masing-masing, seperti fa'il oleh fi'il-nya, khabar oleh mubtada'-nya dan sebagainya. Dalam bab ini akan dijelaskan lafazh-lafazh yang di-i'rab-i dengan cara mengikuti kepada lafazh lain, yaitu na'at, 'athaf, taukidbadal. dan
Na'at menurut istilah ahli Nahwu ialah:
Tabi' yang menyempurnakan makna lafazh yang diikutinya dengan menjelaskan salah satu diantara sifat-sifatnya, atau sifat yang ber-ta'alluq (berkaitan) kepadanya.
Contoh yang menjelaskan sifat matbu'-nya (yang diikutinya):
= Zaid yang berakal telah datang. Berakal itu merupakan sifat zaid.
Contoh lain yaitu firman Allah SWT:
= Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. (al-Fatihah: 1).
Contoh na'at yang menjelaskan sifat lafazh yang ber-ta'alluq kepada matbu'-nya, seperti:
= Telah datang Abdullah (hamba Allah) Yang Maha Mulia.
Lafazh
merupakan sifat Allah, bukan sifat orang yang bernama Abdullah. Kecuali kalau lafazh
itu di-rafa'-kan, maka maksudnya menjadi sifat Abdullah.
Na'at itu harus disesuaikan dengan man'ut-nya dalam hal i'rab, naqirah atau ma'rifat-nya, mudzakkar atau muannats-nya, mufrad atau jamak-nya, seperti contoh di bawah ini:
Na'at itu adakalanya me-rafa'-kan isim yang mudhmar (disembunyikan) yang kembali kepada man'ut (lafazh yang diikuti) nya, atau me-rafa'-kan kepada isim yang muzhhar (ditampakkan).
Contoh yang me-rafa'-kan kepada isim yang mudhmar, seperti:
= Zaid yang berakal itu telah datang.
Lafazh
, itu me-rafa'-kan kepada isim dhamir, taqdir-nya adalah
sebab isim mufrad yang kembali kepada
.
= kaum muslim yang saleh itu telah datang.
Pada lafazh
terdapat dhamir yang di-rafa'-kan, yaitu
yang kembali kepada
Contoh yang me-rafa'-kan kepada isim yang muzhhar, seperti:
= Zaid yang isterinya sakit itu telah datang. Lafazh
itu isim muannatsrafa'-kan lafazh
sebab menjadi fa'il-nya. Lafazh
muannats dan lafazh
pun muannats pula. yang me-
Kata nazhim:
Bagian yang pertama dari kedua bagian itu ikutkanlah man'ut (lafazh yang diikuti) nya pada empat hal diantara sepuluh.
Pada salah satu diantara segi i'rab, baik dalam hal rafa', khafazh atau nashab-nya.
Demikian pula dalam hal kesatuan, ke-mudzakar-an dan selain keduanya, juga dalam hal ma'rifat dan nakirah-nya.


Na'at (sifat) ialah lafazh yang mengikuti kepada makna lafazh yang diikutinya, baik dalam hal rafa', nashab, khafadh, ma'rifat maupun nakirah-nya, (seperti) Anda mengatakan:



Maksudnya: Dalam bab-bab terdahulu telah dijelaskan lafazh-Iafazh yang di-i'rab-i dengan amil-nya masing-masing, seperti fa'il oleh fi'il-nya, khabar oleh mubtada'-nya dan sebagainya. Dalam bab ini akan dijelaskan lafazh-lafazh yang di-i'rab-i dengan cara mengikuti kepada lafazh lain, yaitu na'at, 'athaf, taukidbadal. dan
Na'at menurut istilah ahli Nahwu ialah:

Tabi' yang menyempurnakan makna lafazh yang diikutinya dengan menjelaskan salah satu diantara sifat-sifatnya, atau sifat yang ber-ta'alluq (berkaitan) kepadanya.
Contoh yang menjelaskan sifat matbu'-nya (yang diikutinya):

Contoh lain yaitu firman Allah SWT:

Contoh na'at yang menjelaskan sifat lafazh yang ber-ta'alluq kepada matbu'-nya, seperti:

Lafazh


Na'at itu harus disesuaikan dengan man'ut-nya dalam hal i'rab, naqirah atau ma'rifat-nya, mudzakkar atau muannats-nya, mufrad atau jamak-nya, seperti contoh di bawah ini:
= laki-laki yang berilmu telah datang;
= Hindun yang berilmu itu telah datang;
= Zaid-Zaid yang berilmu itu telah datang;
= dua Zaid yang berilmu itu telah datang;
= Zaid yang berilmu itu telah datang.

Na'at itu adakalanya me-rafa'-kan isim yang mudhmar (disembunyikan) yang kembali kepada man'ut (lafazh yang diikuti) nya, atau me-rafa'-kan kepada isim yang muzhhar (ditampakkan).
Contoh yang me-rafa'-kan kepada isim yang mudhmar, seperti:

Lafazh




Pada lafazh



Contoh yang me-rafa'-kan kepada isim yang muzhhar, seperti:





Kata nazhim:

Bagian yang pertama dari kedua bagian itu ikutkanlah man'ut (lafazh yang diikuti) nya pada empat hal diantara sepuluh.

Pada salah satu diantara segi i'rab, baik dalam hal rafa', khafazh atau nashab-nya.

Demikian pula dalam hal kesatuan, ke-mudzakar-an dan selain keduanya, juga dalam hal ma'rifat dan nakirah-nya.

Mas/mba yang bikin blog,,,,
BalasHapusmohon utk share ilmu nahwu shorofnya sebanyak mungkin,,,blog ini sangat membantu,,makasih...
Kitab apa yg dirujukan pada ini bahasan?
BalasHapussyukron infonya.
BalasHapus